Kenapa Kita Sering Overthinking? Ini Penjelasan Ilmiahnya!
Pernah nggak kamu merasa otak nggak bisa berhenti mikir, bahkan ketika tubuhmu sudah lelah? Kamu sudah di tempat tidur, lampu sudah dimatikan, tapi pikiran justru mulai “berisik.” Terus mikirin masa lalu, memikirkan “bagaimana kalau,” dan bahkan membayangkan skenario yang belum tentu terjadi. Inilah yang disebut dengan overthinking—berpikir secara berlebihan hingga mengganggu kesejahteraan mental.
Tapi kenapa sih kita sering overthinking? Apakah ini karena kita terlalu sensitif, terlalu peduli, atau justru ada penjelasan ilmiahnya?
Yuk, kita bahas bareng-bareng dalam artikel ini.
Apa Itu Overthinking?

Secara sederhana, overthinking adalah kebiasaan berpikir berlebihan dan terus-menerus terhadap suatu hal, baik itu masa lalu, masa kini, ataupun masa depan. Overthinking bukan cuma tentang berpikir keras, tapi lebih ke arah berpikir berulang-ulang tanpa solusi yang jelas.
Ciri-ciri orang yang overthinking biasanya seperti:
- Terjebak dalam analisis berlebihan.
- Sering menyesali masa lalu.
- Sering takut akan kemungkinan buruk di masa depan.
- Sulit membuat keputusan.
- Merasa cemas dan gelisah berlebihan.
Dan yang paling menyebalkan, overthinking sering kali datang bukan saat kita sibuk, tapi justru ketika kita lagi ingin istirahat.
Kenapa Kita Sering Overthinking? Ini Alasannya dari Sudut Ilmu
1. Otak Kita Dirancang untuk Bertahan Hidup (Bukan Bahagia)
Secara biologis, otak manusia punya sistem perlindungan bernama “fight or flight response” atau respon melawan atau lari. Ini adalah warisan dari nenek moyang kita yang hidup di alam liar.
Masalahnya, meski zaman sudah berubah, otak kita masih pakai sistem lama. Saat kita menghadapi ketidakpastian atau tekanan (misalnya ditolak, gagal, atau takut akan masa depan), otak akan menyalakan alarm bahaya. Kita jadi waspada berlebihan dan memikirkan segala kemungkinan buruk untuk “bersiap.”
Overthinking, secara ilmiah, adalah bentuk perlindungan itu. Sayangnya, karena hidup modern jarang berisi ancaman fisik nyata, otak kita jadi memutar ulang masalah emosi dan sosial yang sebenarnya tidak butuh respon darurat.
2. Bagian Otak Bernama Prefrontal Cortex Aktif Berlebihan
Prefrontal cortex adalah bagian otak yang bertugas untuk merencanakan, menganalisis, dan membuat keputusan. Ketika bagian ini terlalu aktif, kita jadi cenderung berpikir secara analitis, bahkan terhadap hal-hal kecil. Misalnya:
- “Kenapa dia nggak bales chat?”
- “Apakah aku salah ngomong tadi?”
- “Kalau aku gagal nanti gimana?”
Pola-pola ini bisa terus berjalan tanpa henti, membuat kita kelelahan secara mental. Dalam beberapa penelitian, overaktivitas prefrontal cortex juga ditemukan pada orang dengan gangguan kecemasan.
3. Efek Negatif dari Stres dan Tekanan Sosial
Lingkungan yang menuntut dan penuh ekspektasi bisa memicu overthinking. Ketika kita takut mengecewakan orang lain, takut gagal, atau terus membandingkan diri dengan orang lain, otak kita otomatis memproses itu sebagai tekanan.
Apalagi di era media sosial, di mana standar hidup terlihat sangat tinggi dan serba sempurna. Ini bisa membuat kita berpikir berlebihan soal keputusan, penampilan, prestasi, dan hidup kita secara keseluruhan.
Jenis-Jenis Overthinkin
Agar lebih memahami, yuk kita lihat dua bentuk utama dari overthinking:
1. Ruminasi (Rumination)
Ini adalah jenis overthinking yang berfokus pada masa lalu. Contohnya:
- Menyesali kesalahan yang sudah terjadi.
- Terus memutar ulang percakapan yang memalukan.
- Bertanya-tanya “kenapa dulu aku nggak melakukan ini atau itu?”
Ruminasi sering dikaitkan dengan gejala depresi karena membuat seseorang merasa tidak berdaya dan menyalahkan diri sendiri secara terus-menerus.
2. Kekhawatiran (Worrying)
Bentuk ini berfokus pada masa depan. Contohnya:
- “Bagaimana kalau aku gagal ujian?”
- “Nanti kalau aku ketolak kerja gimana?”
- “Kalau semua orang meninggalkanku gimana?”
Worrying sangat dekat dengan kecemasan (anxiety), karena muncul dari ketidakpastian dan rasa takut.
Efek Overthinking Terhadap Kesehatan Mental dan Fisik
Overthinking bukan hanya melelahkan secara emosional. Ada dampak nyata yang dirasakan tubuh dan pikiran, antara lain:
- Kualitas tidur menurun
Pikiran yang aktif terus membuat kita sulit tertidur atau terbangun di tengah malam. - Kecemasan meningkat
Overthinking bisa menimbulkan gangguan kecemasan karena otak terus-menerus memproyeksikan skenario negatif. - Produktivitas menurun
Terlalu banyak berpikir bisa membuat kita sulit bertindak, mengambil keputusan, dan akhirnya tidak menyelesaikan apa pun. - Rasa percaya diri menurun
Karena terlalu sering mengkritik dan meragukan diri sendiri. - Masalah fisik
Stres kronis dari overthinking bisa menyebabkan sakit kepala, ketegangan otot, sakit perut, bahkan gangguan jantung jika berlangsung lama.
Apakah Overthinking Bisa Dihentikan?
Jawabannya: tidak sepenuhnya, karena otak kita memang Merancang untuk berpikir. Tapi kabar baiknya, overthinking bisa kita untu MENKELOLA. Kita bisa belajar untuk mengenali kapan pikiran mulai berlebihan dan menyalurkan energi itu ke arah yang lebih sehat.
Cara Ilmiah Mengelola Overthinking
beberapa cara yang didukung riset untuk mengurangi overthinking:
1. Mindfulness dan Meditasi
Melatih pikiran untuk fokus pada saat ini adalah salah satu cara paling efektif. Mindfulness membantu kita sadar ketika kita mulai tenggelam dalam pikiran berlebihan.
2. Journaling atau Menulis Pikiran
Menuliskan pikiran yang mengganggu dapat membantu melepaskannya dari otak dan melihatnya dari sudut pandang yang lebih objektif.
3. Olahraga dan Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik melepaskan hormon endorfin yang bisa menenangkan sistem saraf. Selain itu, olahraga memaksa otak untuk fokus pada gerakan, bukan kekhawatiran.
4. Berlatih Membuat Keputusan Kecil dengan Cepat
Salah satu pemicu overthinking adalah ketakutan dalam mengambil keputusan. Kamu bisa melatih diri untuk mengambil keputusan cepat dalam hal-hal kecil—seperti memilih menu makan siang atau rute perjalanan.
5. Terapi Psikologis (CBT)
Cognitive Behavioral Therapy (CBT) terbukti sangat efektif untuk membantu orang mengatasi pola pikir negatif dan berlebihan.
Overthinking Itu Manusiawi, Tapi Harus kita sadari
Overthinking bukan berarti kamu lemah, bodoh, atau terlalu sensitif. Itu hanya bukti bahwa otakmu sedang bekerja sangat keras untuk membuatmu tetap “aman.” Namun, jika dibiarkan, bisa menjadi racun yang membatasi pertumbuhanmu.
Memahami alasan ilmiah di balik overthinking adalah langkah pertama untuk mulai berdamai dengan pikiranmu. Setelah itu, tinggal bagaimana kamu melatih diri untuk berpikir cukup, bukan berlebihan.